Rabu, 08 Desember 2010

Laporan

Laporan Vikaria
Meri Apriana Lomi GA, S.Th
(Dalamang-Damsyik-Pantar Barat)


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gereja Masehi Injili Di Timor (GMIT) merupakan medan pelayanan bagi seluruh warga kristiani ter-istimewa bagi para abdi Allah (pelayan) dalam mewujudkan terang ke-Esaan mengangkat dan menetapkan warganya yang terpanggil untuk melaksanakan jabatan-jabatan khusus, guna memperlengkapi warga jemaat bagi pekerjaan pelayanan demi melaksanakan amanat kerasulan. pengadaan karyawan GEREJA adalah untuk mengisi formasi yang telah ditetapkan.
Setiap warga GEREJA memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi karyawan GMIT, setelah memenuhi syarat-syarat tertentu. Apabila pelamar tersebut diterima maka ia harus menjalani masa bimbingan khusus dan orentasi sebagai calon karyawan Gereja selama 1 ½ – 2 tahun dalam masa bimbingan khusus sebagai calon karyawan saya ditempatkan di jemaat Wilayah Dalamang, Klasis Pantar barat untuk menjalani masa vikariat yang ada.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan laporan ini baik yang pertama ke dua dan terakhir adalah sebagai pelaporan kegiatan pekayanan yang dijalani di Jemaat Wilayah Dalamang dalam mempersiapkan diri menjadi pendeta atau karyawan GMIT.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan di jemaat, dalam jangka waktu yang telah ditentukan dimanfaatkan vikaris untuk melaksanakan berbagai kegiatan, adapun keterlibatan vikaris dalam pelayanan adalah melalui kegiatan-kegiatan seperti memimpin kebaktian-kebaktian, penggembalaan, melaksanakan tugas mengajar. Pendidikan Agama Kristen lewat katekisasi,, pengembangan keterampilan di berbagai bidang baik dalam pelayanan Gereja, kegiatan kemasyarakatan, mempelajari teologi yang dikembangkan oleh jemaat dan tentu saja kegiatan-kegiatan yang ada dilaksanakan dengan sepengetahuan dan koordinator bersama Mentor
BAB II
SEJARAH JEMAAT
A. PERKEMBANGAN JEMAAT TERAKIR
Jemaat wilayah Dalamang merupakan bagian dari Klasis Pantar Barat, yang secara struktur pemerintahan terdiri atas dua desa yang berada pada Kecamatan Pantar Barat Laut dengan batas-batas geografis sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Pantar
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Wesbila
 Sebelah Timur berbatasan dengan Jemaat Batu Putih (Wilayah Baranusa)
 Sebelah Barat berbatasan dengan Jemaat Ebenhaezer Kawali
Jemaat wilayah ini terbagi atas tiga mata jemaat yakni Damsyik Dalamang, Ebenhaezer Tulai, Imanuel Nadda. Sekalipun Damsyik Dalamang adalah pusat wilayah, tetapi secara historis yang merupakan jemaat tertua adalah jemaat Imanuel Nadda yang posisinya berdekatan dengan pusat Kecamatan Pantar Barat Laut (Desa Marica yang 98% warganya adalah kaum muslim).
Dari segi iklim, dapat dikatakan bahwa tempat ini memiliki cuaca yang panas karena posisinya terletak pada sepanjang pinggiran pantai. Sebagaimana jemaat desa, maka kondisi perekonomian jemaat ini adalah mereka yang bergerak di bidang pertanian dan sangat bergantung pada musim. Akan tetapi ada juga sebagian kecil jemaat lain yang selain sebagai petani tetapi juga menyibukkan dirinya dalam usaha rumput laut, yang berlokasi cukup jauh dari lokasi tempat tinggal jemaat.
Dalam perkembangan selanjutnya, baru pada tanggal 2010 ini muncul satu mata jemaat baru yakni jemaat Zaitun Pargini. Proses pecahnya jemaat ini telah berlangsung beberapa tahun sebelumnya. Jemaat ini merupakan merupakan pecahan dari mata jemaat Imanuel Nadda. Latar belakang perpecahan ini adalah karena kesalah-pahaman beberapa oknum pejabat gereja dalam mata jemaat tersebut yang pada akhirnya berkembang menjadi konflik antara suku asli dan suku pendatang. Konflik sebelumnya juga pada akhirnya dapat diselesaikan seiring perkembangan waktu. Sekalipun demikian tetapi pada akhirnya kehidupan persekutuan mata jemaat yang baru ini dapat berjalan dengan baik. Kondisi kehidupan pelayanan juga perlahan-lahan mulai diatur secara sederhana dengan pembagian tugas seadanya sekalipun dalam hal administrasi belum cukup memuaskan sebagai sebuah mata jemaat.
Dari segi pembangunan fisik,dapat dilihat bahwa jemaat ini masih berada pada kategori jemaat yang sedang membangun, baik yang di jemaat pusat wilayah (Damsyik) maupun di mata jemaat Zaitun sebagai mata jemaat termuda. Dana yang dipakai dalam pembangunan ini didapat dari swadaya jemaat berupa tanggungan wajib jemaat pada setiap bulannya dan sumbangan tenaga langsung dari jemaat. Yang menarik dalam proses pembangunan gedung gereja jemaat ini adalah bahwa pembagian tugas gereja itu dilakukan secara pergantian oleh kelompok-kelompok suku. Hanya saja kesadaran jemaat dalam mengikuti kebaktian masih sangat rendah. Dalam hal pembangunan rumah jabatan, hampir semua mata jemaat sudah ada rumah jabatannya masing-masing sekalipun yang lainnya sementara ada dalam proses membangun.
Satu hal yang paling penting ialah bahwa wilayah ini belum memiliki seorang tenaga pendeta, sejak nopember 2010 (waktu mutasi keluar pendeta dari jemaat ini). Sekalipun demikian semua pelayanan dapat berjalan dengan baik. Pelayanan sakramen dan pelayanan lainnya yang membutuhkan tenaga pendeta dilaksanakan langsung oleh KPWK. Sedangkan pelayanan-pelayanan rutin dilaksanakan oleh majelis jemaat dengan pembagian waktu yang teratur. Keadaan persekutuan majelis jemaat dalam wilayah ini dapat dilihat cukup baik dalam pelayanan tetapi dalam hal keterbukaan pengelolaan keuangan terasa masih sangat minim. Untuk itu perlu juga ada pembinaan, pengawasan dan pembimbingan yang baik terhadap para pejabat-pejabat gereja.
Struktur Personalia dan Job Description
Adapun Struktur Organisasi Jemaat Wilayah Dalamang yaitu :
I. Majelis Jemaat Wilayah Maliang :
Ketua : -
Wakil Ketua : 1. Pnt. A. Boling
2. Pnt. Welem Wabang
3. Pnt. J. Baddu
Sekretaris : Pnt. N. Ribu
Wakil Sekretaris : 1. Pnt. Ribu
2. Pnt. Boling
3. Pnt. Ishak Kawa
Bendahara : Diaken.
Wakil Bendahara : 1. Pnt. J.J. Mau
2. Pnt.
3. Pnt. R. Kawa
II. Badan Pertimbangan dan Pengawasan Pelayanan Jemaat (BPPPJ) Wilayah Maliang Periode 2007/ 2011
Ketua : E. Jalla
Sekretaris : Paulus Wabang
Anggota : 1. A. Waang
III. BP KF
1. PAR
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
2. Pemuda
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
3. Perempuan GMIT
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
4. PD
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Catatan
1. Ada perubahan Struktur Organisasi dan juga Badan Pengurus Kategorial Fungsional tetapi sementara dalam proses.
2. Aset-aset Jemaat belum terampung
Sedangkan Job Description dapat digambarkan secara umum sebagai berikut:
1) Ketua
- Menjalankan Pimpinan sebagai Ketua Majelis
- Bersama Sekretaris mewakili Majelis Jemaat ke dalam ke luar
- Memberi Pimpinan arahan, pengawasan terhadap pelaksanaan program Majelis Jemaat dan pelaksanaan Keputusan dari Majelis Jemaat Harian, Majelis Jemaat, Persidangan/ Klasis/ KPWK dan Keputusan Sinode serta Majelis Sinode.
- Memimpin Persidangan Majelis Jemaat, Jemaat Harian, Majelis Jemaat pada Mata Jemaat dan Persidangan Jemaat
- Bersama Sekretaris menandatangani surat-surat keluar dan surat keluar Majelis Jemaat
- Bersama Bendahara memegang dan melaksanakan kebijakan atas pengolahan keuangan dan harta milik GMIT di lingkungan Jemaat
- Bersama Bendahara menandatangani surat-surat dan warkat yang berhubungan dengan keuangan dan harta milik GMIT di lingkungan Jemaat
- Bersama Bendahara bertanggung jawab atas setiap pemasukan dan pengeluaran keuangan dan harta milik GMIT di lingkungan Jemaat
2) Wakil Ketua
- Menjalankan fungsi Ketua apabila Ketua berhalangan
- Membantu Ketua dan Sekretaris dalam menyelenggarakan Persidangan di dalam Jemaat
- Memimpin persidangan Jemaat apabila Ketua Majelis Jemaat berhalangan
- Memimpin dan membina salah satu komisi
- Membantu Ketua memantau pelaksanaan program
3) Penanggung jawab
Sementara Pendeta tidak berada di tempat, memimpin dan mengatur program pelayanan Jemaat, tetapi tidak berhak melakukan sakramen
4) Sekretaris
- Membuat Notulen pada setiap rapat
- Mencatat, menyimpan dan memelihara dokumen-dokumen Jemaat
- Mempersiapkan berita mimbar pada setiap kebaktian
- Bersama Ketua menandatangani semua surat keluar dan surat Keputusan Majelis Jemaat
- Memimpin dan mengelola Administrasi ketatausahaan Jemaat yang mencangkup korespondensi, personil, urusan rumah tangga, persidangan dan sebagainya
- Bersama Ketua mempersiapkan Materi Persidangan
5) Wakil Sekretaris
- Menjalankan tugas Sekretaris, apabila Sekretaris berhalangan
- Membuat jadwal doa di konsistori pada semua kebaktian di Gereja
6) Bendahara
- Menerima dan mencatat keuangan Jemaat sesuai sumbernya
- Menyiapkan konsep mengenai kebijaksanaan Majelis Jemaat tentang penerimaan dan pengeluaran keuangan
- Menyusun RAPB Jemaat
- Bersama Ketua bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan keuangan
- Memimpin kegiatan Administrasi Keuangan
- Memelihara inventaris Jemaat
- Bertanggung jawab atas semua keuangan Jemaat, baik ke dalam maupun keluar Jemaat
7) Wakil Bendahara
- Melaksanakan tugas Bendahara apabila Bendahara berhalangan
- Bersama Bendahara mengkoordinir semua keuangan Jemaat pada setiap kebaktian
- Bersama Bendahara membuat Laporan keuangan Jemaat
- Bersama Bendahara bertanggung jawab atas semua keuangan Jemaat baik ke dalam maupun keluar Jemaat
8) Penatua
Memimpin ibadah rumah tangga dan melaksanakan tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya
9) Syamas atau Diaken
- Melayani pelayanan diakonia
- Menyampaikan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan tugasnya kepada Majelis Jemaat Harian melalui Sekretaris Jemaat
- Memimpin ibadah rumah tangga dan melaksanakan tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya.
10) Koster
- Mempersiapkan tempat ibadah
- Mengingatkan Jemaat akan jam ibadah melalui bel Gereja
- Menjemput Pemimpin Kebaktian
- Membantu Bendahara menjaga dan memelihara inventaris dan fasilitas Gereja
- Menjaga dan memlihara kebersihan lingkungan di dalam maupun di luar
- Mengelola dan menata lingkungan gereja
11) Vikaris
- Membangun relasi sosial
- Mempelajari proses penyelenggaraan pelayanan
- Terlibat dalam pelayanan Jemaat melalui kebaktian-kebaktian
- Pengembalaan atau pastoral
- Pendidikan Agama Kristen melalui PAR dan katekisasi sidi
- Pembinaan kategorial fungsional
- Pengembangan ketrampilan
- Mempelajari teologi yang dikembangkan oleh Jemaat
Pengorganisasian Pelayanan
Majelis Jemaat Wilayah Dalamang oleh karena kefakuman kepemimpinan dalam hal bahwa belum terdapat ketua majelis jemaat (pendeta) maka tanggungjawab berada di tangan KPWK yang juga sebagai pendeta dibantu oleh Vikaris, penanggungjawab di Mata Jemaat, Penatua, Diaken, Koster, Badan Pengurus Kategorial. Fungsional dan juga Panitia-panitia khusus yang dibentuk untuk membantu pelayanan Gereja.
Secara umum dapat dilihat pada personil kenggotaan Majelis Jemaat se Wilayah Dalamang.
PERSONIL KEANGGOTAAN MAJELIS SE-WILAYAH DALAMANG
I. MATA JEMAAT DAMSYIK DALAMANG
- Pendeta : - : - orang
Perempuan : -
Jumlah : - orang
- Penatua : Laki-laki : 3 orang
Perempuan : 1 orang
Jumlah : 4 orang
- Diaken : Laki-laki : 7 orang
Perempuan : 6 orang
Jumlah : 13 orang
- Koster : Laki-laki : 2 orang
Perempuan : -
Jumlah : 2 orang
Total : 19 orang

II. MATA JEMAAT EBENHAZER TULAI
- Pendeta : Laki-laki : -
Perempuan : -
Jumlah : -
- Penatua : Laki-laki : 3 orang
Perempuan : -
Jumlah : 3 orang

- Diaken : Laki-laki : 5 orang
Perempuan : 4 orang
Jumlah : 9 orang
- Koster : Laki-laki : 1 orang
Perempuan : -
Jumlah : 1 orang
Total : 13 orang
III. MATA JEMAAT IMANUEL NADDA
- Pendeta : Laki-laki : -
Perempuan : -
Jumlah : -
- Penatua : Laki-laki : 3 orang
Perempuan : 2 orang
Jumlah : 5 orang
- Diaken : Laki-laki : 3
Perempuan : 3 orang
Jumlah : 6 orang
- Koster : Laki-laki : 1 orang
Perempuan : - orang
Jumlah : 1 orang
Total : 12 orang
Jumlah keseluruhan Personil : 40 orang dengan rincian :
Pendeta : - orang
Penatua : 12 orang
Diaken : 27 orang
Koster : 4 orang
Untuk memudahkan pelayanan maka dibentuklah “Oikos” dalam bahasa Yunani berarti rumah tangga, pada tiap Oikos dikoordinir oleh seorang Penatua di Oikos masing-masing. Jemaat Pusat, Damsyik Dalamang terdiri atas 8 Oikos, Mata Jemaat Ebenhazer terdiri atas 4 Oikos dan Mata Jemaat Imanuel Nadda terdiri dari 5 Oikos,
Lain-lain
1. Kebaktian Utama berlangsung 1 kali pada setiap hari Minggu, pukul 08.00 pagi di masing-masing mata jemaat dan dilayani oleh Pendeta, penanggung jawab,penatua dan Vikaris berdasarkan Roster Pelayanan. Pada setiap 3 bulan sekali diadakan pertukaran mimbar oleh Pendeta dari Jemaat lain dalam lingkungan Klasis Pantar Barat dengan menggunakan Liturgi Model I dan II
2. Kebaktian hari raya dilaksanakan berdasarkan Hari Raya Gerejawi dengan menggunakan liturgi khusus yang dikeluarkan oleh Sinode GMIT dan juga Liturgi-liturgi Kontekstual yang dibuat oleh Klasis (KPWK).
3. Kebaktian Khusus meliputi Kebaktian Pemakaman, Kebaktian Pemberkatan Nikah, dilayani sesuai kebutuhan Pelayanan Sakramen Perjamuan Kudus diadakan setiap 3 bulan sekali, Baptisan Kudus dilakukan sesuai kebutuhan Jemaat, Kebaktian Peneguhan Sidi diadakan setahun sekali. Selain itu juga ada kebaktian-kebaktian khusus lainnya seperti Kebaktian Makan baru (Panen) dan juga Tanam Kebun.
4. Pelayanan Diakonia Khusus pemberian Diakonia karitatif dilakukan kepada yang berhak pada setiap bulan Desember, dana berasal dari sumbangn Jemaat dan Kas APBJ.
5. Pelayanan Teritorial meliputi Ibadah Rumah Tangga yang berlangsung di setiap Oikos. Juga termasuk didalamnya perkunjungan-perkunjungan ke rumah-rumah Jemaat yang membutuhkan pelayanan, misalnya sakit atau kedukaan.
6. Pelayanan Kategoril : Ibadah Kaum Perempuan GMIT dilakukan di rumah masing-masing anggota. kegiatan kaum Bapak tidak berjalan. Di Mata Jemaat Damsyik ibadah Kaum Pemuda belum berjalan baik. Di Mata Jemaat Ebenhaezer dan Imanuel, Ibadah pemuda langsung dibagi menurut roster yang diumumkan kepada masing-masing pemuda/i di tempat ibadah atau juga lewat warta jemaat, Kebaktian PAR meliputi kebaktian minggu di Gereja setiap jam 11.00 pagi, setelah kebaktian utama berlangsung.
7. Pelayanan Fungsional yaitu PS dan VG mengisi Liturgi walaupun tidak secara teratur, sedangkan kegiatan persekutuan doa berlangsung sesuai jadwal hari di masing-masing persekutuan doa pada setiap minggunya.
B. VISI KEDEPAN DALAM TERANG INJIL
GMIT adalah keluarga Allah yang merupakan umat keluaran yang diutus ke dalam dunia untuk membawa Syalom Allah. Setiap anggota GMIT berfungsi sebagai surat Kristus yang hidup guna membawa Kabar Baik bagi dunia sesuai dengan teladan Kristus, sang Diakonos Agung. Dalam menjalankan fungsi tersebut, setiap anggota GMIT bekerja dengan setia, taat produktif dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran yaitu pembebasan bagi yang tertindas, keseteraan derajat dan adanya keseimbangan di antara pemenuhan hak dan kewajiban serta menggunaan ciptaan Allah (ekologi) secara bertangung jawab dan berkelanjutan.
Visi pelayanan GMIT adalah menjadi jemaat yang missioner dalam tema periode, Damai sejahtera bagi kamu “…sekarang Aku Mengutus Kamu” dalam visi ini Gereja diutus keluar untuk membawa Syalom Allah dengan menyatakan dan mengatakan suatu Kerajaan Allah di tengah persoalan jemaat baik itu potret kemiskinan warga GMIT, buruknya kualitas lingkungan, pendidikan yang rendah, tingkat kesehatan yang rendah, serta masalah-masalah aktual lainnya.
Persoalan-persoalan di atas tidak dapat dipungkiri juga merupakan persoalan di Klasis Pantar Barat khususnya di Jemaat Wilayah Maliang. Untuk menyelesaikan semua persoalan tersebut tidak semudah membalikan telapak tangan dan untuk itulah Gereja dipangil untuk terus menerangi dan menggarami dunia ini



BAB III
MENGENAL PELAYANAN SECARA HOLISTIC (PANCA PELAYANAN)
Dari awal sejarah lahirnya gereja, gereja selalu mengalami berbagai pergumulan dan tantangan dalam pelayanan. Namun kita dapat bersyukur karena segala tantangan yang ada tidak bisa menghambat gereja untuk terus berkembang. Dalam melaksanakan amanat kerasulan gereja, Jemaat Wilayah Dalamang juga mengalami berbagai tantangan dan kelemahan terutama dalam melaksanakan panca pelayanan yang ada. Dari sudut panca pelayanan ada beberapa kelemahan atau tantangan.

A. DESKRIPSI :

1. KOINONIA (BERSEKUTU)
Tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam bidang persekutuan mencakup : mengawasi pelaksanaan ajaran dan pengakuan gereja ; menumbuh dan mengembangkan kesadaran tentang hidup bergereja ; misi gereja ; membina persekutuan dalam jemaat ; penilikan disipilin ajaran dan disiplin hidup ; melaksanakan ketentuan – ketentuan tata gereja dalam jemaat dan lain sebagainya.
Melemahnya ikatan persekutuan kristiani di dalam keluarga dan juga berjemaat karena di pengaruhi oleh pola hidup individualis yang tingi, kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah.
Terdapat tanda – tanda bahwa sistem pelayanan persekutuan belum menjamin keseimbangan di antara hak dan kewajiban baik warga jemaat kepada pihak gereja, maupun gereja kepada warga jemaat.
Beberapa contoh yang bisa diangkat untuk membuktikan hal diatas :
- Ibadah rumah tangga yang hanya dihadiri oleh majelis yang melayani dan keluarga yang terlayani
- Adanya pandangan yang membeda – bedakan jabatan pendeta, penatua, diaken dll.
- Hubungan pelayanan yang masih bersifat hirarki (atasan – bawahan) dan pola hidup mentuakan tua adat.
2. KESAKSIAN (MARTURIA)
Tugas wewenang dan tanggung jawab dalam bidang kesaksian mencakup: mengembangkan usaha berteologi melalui pembinaan jemaat/warga gereja; menyelenggarakan pendidikan agama kristen bagi warga jemaat; melakukan kegiatan pemberitaan injil di dalam, di luar gereja; serta memperlengkapi warga jemaat agar mampu melaksanakan tugas kesaksian baik sebagai pribadi maupun sebagai jemaat misioner.
Pelaksaaan pelayanan mambuka lebih banyak berorientasi pada aspek kerohanian semata sebagai akibat dari pandangan jemaat yang masih memilih – memilih dan mempertentangkan antara spiritual dan material, rohani dan jasmani, dan lain sebagainya. Pemahaman jemaat tentang pelayan yang holistik belum mendalam. Kesaksian verbal masih dominan dibandingkan kesaksian yang berdaya guna atau nyata.
3. IBADAH (LITURGI)
Tugas, wewengan dan tanggung jawab dalam bidang liturgi mencakup : melaksanakan semua jenis dan bentuk ibadah dan pelayanan pastoral kepada anggota jemaat ; mengajarkan dan pemberitaan Firman Allat serta melayani Sakramen ; membina dan meningkatkan pemahaman jemaat tentang arti dan makna ibadah yang benar ; serta mengusahakan. Tersediannya sarana – sarana yang mendukung terciptanya suasana liturgi dalam ibadah.
Jemaat di Wilayah Maliang pada umumnya baru memahami pelayanan liturgi secara terbatas dan mensakralkan jenis – jenis ibadah atau kebaktian digereja padahal makna liturhi dalam arti yang luas harus meliputi juga seluruh aspek hidup manusia yang perlu dipersembahkan kepada Tuhan Allah dalam hidup berkeluarga, bergereja bermasyarakat pada setiap waktu.
4. PELAYANAN KASIH (OIKONIA)
Tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam bidang pelayanan kasih mencakup: membina dan memperlengkapi warga jemaat untuk mampu menjadi persekutuan yang melaksanakan pelayan kasih; melaksanakan pelayanan kasih yang bersifat karitatif, reformatif dan transformatif; pendidikan umum dan kesehatan serta latihan–latihan ketrampilan bagi masyarakat; bekerja sama dengan pemerintah, organisasi dalam rangka menghadirkan tanda – tanda Kerajaan Allah, dan lain sebagainya
Dalam pelayanan GMIT dikenal 3 jenis bentuk pelayanan yakni Diakonia Karikatif, Transformatif dan Reformatif dan pada umumnya warga jemaat beranggapan bahwa pelayanan Diakonia Karikatif itu sudah cukup, padahal bantuan itu tidak dapat di andalkan untuk mengubah kondisi sosial dari seseorang namun tidak dapat disangkali pula masalah kemiskinan yang dialami warga gereja seolah – olah memaksa gereja untuk lebih fokus pada pelayanan diakonia kearifan ini menjadi salah satu penghambat dalam pelayanan Diakonia.
5. PENATALAYANAN (OIKONOMIA)
Tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam bidang pelayanan mencakup : memegang dan melaksanakan kepemimpinan umum atas jemaat yang mencakup pelayanan dari unit – unit pebantu Majelis Jemaat dan Majelis Mata Jemaat ; program pelayanan dan APBJ ; manejeman personil ; perbendaharaan dan perkantoran gereja ; menyelenggarakan persidangan jemaat, majelis jemaat dan majelis mata jemaat, disamping tugas – tugas yang lainnya.
Ketiadaktaatan atau penyimpangan terhadap tata GMIT, pedoman organisasi menjadi faktor penghambat dalam bidang oikonomia. Faktor sikap mental, moral dan spiritual pra pelaku pelayanan pada semua aras gereja serta faktor intelektual dan pendidian yang amat rendah. Seolah – olah saling memperlengkapi untuk menghambat pertumbuhan pelayanan gereja disamping itu implementasi prinsip prisbiterial sinodal masih belum mantab pada organisasi di tingkat jemaat


PERBENDAHARAAN

Segala sumber daya yang dimiliki oleh gereja adalah pemberian Tuhan melalui umatNya harus dipelihara, dikembangkan dan digunakan bagi pelaksanaan kerasulan dan untuk itu gereja dipanggil untuk memperlengkapi warganya untuk mengembangkan dan memanfaatkan berkat Allah tersebut secara baik dan bertanggungjawab demi mewujudkan damai sejaterah Allah dimana gereja itu hadir.
Perbendaharaan GMIT mencakup uang, barang bergerak dan yang tidak bergerak. Perbendaharaan yang ada adalah dari dan milik Allah, di peroleh dari persembahan jemaat atau juga diperoleh dari sumbangan atau bantuan dari pihak ketiga dan dipergunakan untuk melaksanakan amanat kerasulan.
Dalam pemanfaatannya, perbendaharaan gereja wajib dipakai secara baik dan benar sebagai wujud pertangungjawaban iman kepada Allah pemilik dari segala perbendaharaan yang ada. Pengelolaan dan pemanfaatan perbendaharaan gmit Harus dilakukan secara terpadu, terbuka, hemat dan dapat dipertangung jawabkan.
Wewenang kepemilikan atas keseluruhan sumber daya termasuk perbendahatraan, pada aras Jemaat dan aras sinodal di pegang oleh sinode dan wewenang pengelolaannya dipegang oleh majelis Sinode dan majelis Jemaat serta dipertangung jawabkan kepada sinode dan untuk memperoleh daya guna dan hasil guna dari pemanfaatan perbendaharaan GMIT, dilakukan pengawasan secara berkala dan teratur oleh BPPPS ditingkat sinode, dan BPPPJ di tingkat Jemaat sedangkan tata dan pengawasan dilakukan sesuai dengan peraturan pokok tentang perbendaharaan
Di jemaat wilayah Maliang pengelolaan dan pemanfaatan perbendaharaan dilakukan secara sederhana, walaupun telah mengikuti peraturan GMIT tentang perbendaharaan Jemaat. Pengelolaan dan pertangungjawaban dilakukan secara sederhana hal ini disebabnkan oleh sumber daya manusia yang terbatas dan kantor gereja yang beraktifitas hanya pada hari sabtu sore itupun tidak rutin.
Pendapatan Jemaat berasal dari kolekte kebaktian utama, dan ibadah-ibadah lainnya, hasil lelang, penjualan hasil kebun gereja, dan lain sebagainya seperti bantuan dari pihak luar maupun dari pihak pemerintah.
Pemanfaatan pendapatan digunakan untuk setoran ke MS GMIT baik itu dana rutin 10 %, sentralisasi Gaji pokok, untuk kegiatan-kegitan klasis, tunjangan Pendeta, honor majelis jemaat harian,koster, guru-guru PAR dan untuk membiayai program dan kegiatan-kegitan gereja.
Sistim pertangungjawaban atau pelaporan biasanya dilakukan secara lisan melalui warta jemaat, kecuali hal-hal khusus menyangkut keuagan yang perlu dilakukan secara tertulis tapi berjalan tidak lancar.
Pengelolaan kebun gereja dipercayakan kepada jemat-jemaat yang terbagi dalam oikos-oikos dan di koordinir oleh majelis Harian dan badan penasihat oikos akan tetapi pertangung jawabannya masih sanggat minim, sedangkan mengenai status kepemilikan tanah maupun kebun gereja hanya berdasarkan surat penyerahan dari pemilik tanah kepada gereja dan tanah-tanah tersebut belum bersertvikat resmi.
B. ANALISIS PANCA PELAYANAN
Allah menempatkan gereja di tengah – tengah dunia ini untuk mewujudkan damai sejahtera yang datang dari pada-Nya. GMIT dalam pelayanannya mengacu pada panca program pelayaan yakni koinonia, marturia, liturgia, diakonia dan oikonomia, kelima program ini dalam pelaksanaan mengalami berbagai macam pasang-surut.
Dibidang koinonia, pesekutuan jemaat umumnya masih terpelihara dengan baik, hal ini tampak dalam kesadaran bergereja yang masih kuat, kesediaan melaksanaan keputusan-keputusan persidangan, kesediaan menampung beban pelayanan dan terbentuknya wadah. Pelayaan kategorial dan fungsional, namun perlu disadari bahwa persekutuan jemat yang terpelihara ini mendapat tantangan baik dari dalam gereja itu sendiri maupun dari luar.
Masalah kemiskinan acapkali menjadi kambing hitam yang mempengaruhi pola hidup yang mementingkan diri sendiri. Selain itu masih terdapat kekuatan hubungan struktur ditingkat jemaat yang bersifat hirarkis (atasan-bawahan). Hal ini berdampak pada melemahnya ikatan persekutuan kristen baik di dalam keluarga, diantara sesama warga dalam satu jemaat bahkan masyarakat luas. Gereja harus memberi perhatian penuh pada hal ini baik lewat pembinaan-pembinaan bahkan pastoral khusus, demi terselenggaranya suatu persekutuan yang baik.
Dibidang martuaria banyak warga jemaat, terutama pada usia anak, remaja dan pemuda masih kurang mendapat perhatian dalam pelayanan seperti pendidikan anak dan remaja serta PAK dalam rangka memenuhi kebutuhan perkembangan iman. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan lemahnya pemahaman yang benar terhadap pokok-pokok ajaran GMIT serta lemahnya penghayatan dan pengalaman nilai – nilai kristiani. Gereja perlu mengusahakan suatu metode pelayanan yang merangkul dan menjawab pergumulan warga jemaat dalam keberadaan mereka.
Di bidang liturgi dampak negatif globalisasi dan sekularisasi mengancam eksistensi makna liturgi gereja. Selain itu model liturgi I dan II yang lasim digunakan dalam kebaktian utama memang kaya akan makna teologis tapi dalam pemanfaatannya atau penggunaannya perlu diperhatikan secara seksama tidak menjadi suatu hal yang membosankan bagi jemaat, liturgi yang kontekstual perlu diusahakan gereja sehingga memberi makna yang seutuhnya kepada gereja tentang makna ibadah yang bukan hanya exitensi kehidupan termasuk ketika kita berada di luar greja.
Pada umumnya warga GMIT beranggapan bahwa pelayanan diakonia karikatif itu sudah cukup, padahal bantuan saja tidak cukup untuk dapat diandalkan mengubah kondisi sosial ekonomi yang baik.
Di Jemaat Wilayah Dalamang pelayanan diakonia transformatif sudah dilaksanakan dengan sebuah taman bermain PAUD, namun masih menyisahkan permasalahan lanjutan seperti kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dan sebagainya. Keterbatasan dana menjadi penyebabnya.
Sedangkan pelayanan diakonia reformatif, yang bertujuan untuk keadilan dalam masyarakat belum dapat dilaksanakan secara baik dan merata karena gereja belum memiliki wawasan yang jelas disertai keberanian bertindak melawan sistim dan pelaku.
Di bidang oikonomia, ketidaktaatan dan penyimpangan terhadap pedoman organsiasi, serta pedoman lainnya tentang ketatausahaan menghambat pelayanan di bidang ini. faktor intelektual / pendidika, faktor sikap mental, moral, spiritual dari para pelaku pelayanan pada semua aras pelayanan juga menjadi penyebab utama. Selain itu sistim presbiterial sinodal seolah – olah mendapat lawan dari sistim hirarki yang sudah menjadi darah daging dalam sistim pelayanan yang ada di dalam jemaat.
Walaupun demikian gereja harus perlu mengusahakan menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di tengah-tengah dunia dalam sistem yang ada, sehingga terjadi keseimbangan antara pemenuhan hak dan kewajiban antara pihak gereja dan warga jemaat.
C. USUL SARAN :
- Gereja sebagai persekutuaan di tempatkan Allah dalam dunia oleh karena itu aksi pastoral perlu diusahakan secara lebih untuk mengeratkan persekutuan.
- Pelayanan kesaksian yang holistic perlu ditingkatkan dan digiatkan baik kedalam maupun keluar gereja.
- Gereja perlu mengusahakan suatu liturgi yang benar-benar kontekstual dimana Gereja itu berada dalam rangka mempertahankan makna liturgi yang sebanarnya dari pada perkembangan dan moderenitas yang mengangu eksisitensi makna liturgi
- Gereja perlu memberi pemahaman tentang makna pelayanan diakonia transformative dan reformatif baik kepada warga jemaat maupun kepada gere itu sendiri.
- Pemahaman asas Presbyterial Sinodal perlu di tanamkan terus menerus kepada setiap warga Gereja salain itu pelatihan dan pendampingan peru di lakukan bagi para pengurus Gereja agar pengelolaan perbendaharan dan atministrasi Gereja dapat berjalan dengan baik.
BAB IV
REFLEKSI
Masa Vikariat adalah sebuah proses dimana seorang Vikaris dipersiapkan untuk menjadi Pendeta atau Karyawan GMIT, dimana Vikaris berada di Jemaat untuk belajar melatih diri dalam melaksanakan tugas pelayanan atau amanat kerasulan Gereja. Setelah melewati proses yang cukup panjang, selama berada di Jemaat banyak hal yang dipelajari di dalam kehidupan pelayanan di Jemaat maupun secara umum di tengah-tengah masyarakat. Ada hal-hal baru atau nilai-nilai tambah yang Penulis dapatkan dengan fokus utama pada pengenalan konteks wilayah pelayanan maupun Jemaat. Disamping itu tugas dan tanggung jawab Pendeta beserta persoalan-persoalan juga mendapat perhatian. Banyak pengalaman berharga yang Penulis alami selama masa Vikariat ini.
Sebagai pelayanan yang adalah juga seorang pemimpin ketika diperhadapkan dengan berbagai macam persoalan-persoalan jemaat kita dituntut untuk bertahan terhadap segala realitas yang ada. Sikap siaga, tindakan yang berhati-hati dan keputusan yang tepat diperlukan dalam mengantisipasi dalam berbagai macam dampak dari berbagai fenomena yang nampak sebagai persoalan jemaat. Mungkin berbagai metode dalam mengatasi berbagai macam persoalan tersebut kita kuasai dengan baik, kita punya strategi-strategi pelayanan yang tepat, namun lebih utama dari segala sesuatu itu adalah bagaimana membawa pergumulan-pergumulan itu kepada Allah sebagai pemilik jemaat yang telah memanggil dan mengutus para abdi-Nya. Yang perlu dipahami adalah bahwa kita hanya sebagai alat didalam tangan-Nya untuk mengembang suatu misi yang agung. Ini berarti sikap penyerahan diri yang total didalam genggaman Allah dan sikap kerendahan hati mesti menjadi hal penting yang mendasar dalam pribadi seorang abdi Allah.
Penulis selama menjalani masa Vikariat diberikan kesempatan oleh Mentor untuk mengenal konteks pelayanan secara menyeluruh di mulai dari pengenalan wilayah pelayanan Klasis Pantar Barat sebagaimana dibagian awal pelaporan di jelaskan bahwa Klasis Pantar Barat terdiri atas 30 Mata Jemaat yang terbagi dalam 1 Jemaat Tunggal dan 10 Jemaat Wilayah. Dari 30 Mata Jemaat tersebut, Penulis sudah melihat secara langsung posisi pasti secara geografis, 19 Mata Jemaat bahkan ikut berbakti dan mengambil bagian dalam pelayanan beberapa diantaranya. Secara umum dapat digambarkan bahwa semua Mata Jemaat tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor kecuali beberapa Jemaat yang terisolir secara Geografis apalagi pada musim hujan.
Dari 30 mata Jemaat tersebut hanya dilayani oleh 9 orang Pendeta, itu berarti ada 2 Jemaat Wilayah yang belum ada Pendetanya. Memang di Mata-mata Jemaat sudah ada penanggung jawab atau Penatua dan Diaken yang melayani, tapi itu masih dirasah kurang apalagi hampir seluruh Jemaat di Klasis Pantar Barat selalu merindukan dilayani oleh seorang Pendeta. Penulis sendiri menjalani masa vikariat disuatu jemaat wilayah yang tidak memiliki pendeta. Pada awalnya hal ini dirasa sebagai suatu beban yang berat. Karena mau tidak mau penulis pasti akan diperhadapkan dengan berbagai macam dinamika pelayanan yang di dalamnya didominasi oleh para jemaat awam yang juga dapat dikatakan mengusai pemahaman teologi dan strategi pelayanan yang dapat dikatakan pas-pasaan tetapi disisi lain kondisi ini dirasakan sebagai sesuatu yang sangat kuat dan sulit dibendung untuk diarahkan pada posisi yang sebenarnya, dalam situasi inilah penulis berada sebagai seorang vikaris yang juga baru mau menata pemahaman dan pengalaman dalam pelayanan. Terasa ini merupakan suatu proses yang cukup sulit penulis tempuh tetapi sekalipun demikian proses demi proses terlewati dan ternyata punulis harus mengakui bahwa ada begitu banyak makna yang dipahami sebagai mutiara-mutiara berharga yang dapat dipakai sebagai bekal dalam menata diri sebagai abdi Allah dalam proses selanjutnya.
Selain belajar dari Jemaat dan ikut bergumul dalam persoalan-persoalan Jemaat, Penulis juga dapat mempraktekan Pengetahuan Teologis yang di dapat selama Perkuliahan di bidang Administrasi Gereja . ada banyak hal baru yang Penulis pelajari namun di sadari pula bahwa ada banyak hal yang butuh di benahi termasuk di dalamnya Administrasi Perbendaharaan. Beberapa cara secara langsung coba dilakukan baik pendekatan atau pembinaan secara langsung maupun pendampingan secara umum, namun SDM yang terbatas menjadi salah satu kendala tersendiri yang menghambat pelayanan.
Penulispun belajar beberapa hal yang dapat dikembangkan dan Panulis rasakan sangat bermanfaat untuk pembentukan diri sebagai Calon Pelayan. Tentang tugas dan tanggung jawab Pendeta sebagai pelayan Firman Allah, sebagai Gembala, sebagai Pemimpin Jemaat, dan sebagai Pejabat Organisasi, semuanya itu Penulis peroleh dalam keseharian pelayanan bersama dengan Pendeta sebagai Mentor maupun Anggota Majelis Jemaat lainnya baik itu Penatua, Diaken dan lain-lain.
Masa Vikariat menjadi sarana yang baik bagi Penulis untuk dapat mengefaluasi diri, kepribadian, tingkah laku, tutur kata dan sebagainya. Penulis dapat belajar bagaimana membentuk jati diri sebagai pelayan di tengah-tengah kehidupan berjemaat. Penulis menyadari bahwa Penulis tidak mempunyai keahlian atau potensi yang menonjol untuk dipakai dalam pelayanan di tengah-tengah pelayanan. Semua yang ada pada Penuilis terbatas, kekuatan yang ada pada Penulis hanya dari Tuhan dengan sedikit talenta yang ada. Banyak kelemahan dan kekurangan yang Penulis anggap dapat menghambat Penulis dalam mempersiapkan diri sebagai Calon Pelayan atau Karyawan GMIT. Seperti cepat merasa jenuh dan kontrol emosi yang kurang stabil.
Sekalipun sejak dari awal masa vikariat ini ada hal-hal yang terasa berat sekali penulis jalani, seperti perasaan jenuh, bosan dan sepi karena berpisah jauh dari orang tua, saudara-saudara bahkan teman-teman tetapi banyak hal pula penulis rasakan sebagai saat-saat yang membahagiakan dan memberi rasa damai. mKetika ada penerimaan yang baik dari jemaat, yang tidak hanya menganggap penulis sebagai seorang vikaris yang sedang melaksanakan tugas tetapi juga sebagai seorang anak, dan saudara bagi mereka. Penulis menikmati saat berkumpul dengan jemaat dalam segala keberadaan mereka. Semua proses itu sekalipun sederhana dan berkaitan dengan orang-orang yang sedrhana pula tetapi bagi penulis itu adalah sesuatu yang tidak sederhana karena penulis lebih dapat mengerti apa artinya menjalani suatu proses menjadi pelayan Tuhan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Persekutuaan jemaat masih terpelihara namun mendapat ancaman serius jika tidak dipelihara dengan baik, ancaman itu berasal dari dalam maupun dari luar gereja.
 Semangat bersaksi yang di tunjukan warga jemaat baik secara individu maupun berkelompok namun lebih banyak berorentasi pada aspek kerohanian semata, pemahaman jemaat tentang kesaksian holistic masih belum mendalam dan nyata.
 Umumnya Jemaat hanya memahami pelayanan liturgi hanya sebatas pada waktu kehadiran di gereja, makna liturgi yang luas yang meliputi selurus aspek hidup manusia ysng perlu dipersembahakan kepada Allah belum dipahami secara baik dan benar
 Pelayan diakonia yang baru dikenal oleh jamaat adalah pelayanan diakonia karitatif, sedangkan pelayanan diakonia transformatif dan reformatif belum terlalu nampak
 Penatalayanan dijemaat mendapat tantangan prinsip presbiteriall sinodal belum berjalan dengan baik. Sistem hierarki masih sangat berpengaruh dalam gereja.

B. USUL-SARAN
 Bagi Majelis Sinode GMIT :
Perlu diadakannya kunjungan secara berkala ke klasis-klasis untuk melihat dan mengetahui, dan secara langsung menggumuli persoalan-persoalan yang ditemui ditiap-tiap klasis karena disetiap klasis memiliki keanekaragaman persoalan yang dipengaruhi oleh faktor geografi, sosial ekonomi, budaya, pendidikan, dsb.
 Bagi Mentor
Pengawasan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kegiatan vikaris perlu ditingkatkan agar dapat memantau secara langsung perlembangan vikaris di jemaat.
 Bagi vikaris
Agar lebih fokus dan bertanggungjawab di tempat pelayanan, semakin mendalami aturan-aturan gereja.

Tidak ada komentar: